Rabu, 25 Desember 2013

Rasanyaaa...

Rasanya tahun ini (2013) berlalu cepat sekali. Rasanya baru kemarin, kenalan sama orang-orang hebat di jurusanku. Rasanya baru kemarin berkumpul sama teman-teman baru. Rasanya masih nggak bisa percaya. Gimana bisa percaya, dulu tiap liat 'orang-orang itu' dari kejauhan selalu merasa minder, iri, sekaligus kagum, dan tiba-tiba bisa makan bareng ngobrol sambil ketawa-ketawa. Yaaa, aku nggak mengidolakan mereka. Tapi rasanya kayak ikan dari aquarium nyemplung kelaut. Hahaha.

Kalau catatan ini disebut rekam jejak sih bukan juga ya, cuma aku mau cerita tentang tahun 2013. Banyak hal terjadi padaku di tahun ini. Seperti hal-hal lainnya, selalu ada hal baik dan hal buruk, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Tapi ini cukup tentang apa yang aku dapatkan.

Yang pertama, di tahun 2013 ini aku sadar bahwa aku tidak punya tujuan hidup. WOW! Yeah WOW. Aku nggak tau nanti habis kuliah mau gimana dan kemana, aku nggak tau selama kuliah aku mau apa. Yaa, apapun itu, yang penting aku udah sadar. Dan itu, Thanks to EDSA (English Department Student Association) State University of Surabaya.
Hal ini berawal dari kumpul malam tahun baru, kami berenam, siapapun itu, biarlah hanya aku dan Tuhan yang tahu haha, membuat sebuah permainan. "Bagaimana saya dalam pandanganmu?" Itulah pertanyaan yang diajukan. Kami menuliskan jawabannya tanpa nama. Dan kalimat jawaban ajaib, yang baru aku sadari keajaibannya beberapa bulan yang lalu, itu muncul. "Butuh tujuan; just say it." Awalnya, kalimat itu tak berarti apa-apa, tapi setelah aku melalui banyak hal dan pada bulan September aku mengalami kegagalan dalam sebuah acara. Aku sadar arti dari kalimat itu.
Sekarang, aku sedang merancang rencana untuk masa depan. Mau apa, dimana, dan bagaimana. Yaaa, walau aku tahu, sehebat apapun kita punya rencana, Tuhan juga punya rencana.

Yang kedua, di tahun 2013, pertama kalinya aku sadar kekurangan-kekuranganku. Mungkin karena perjalanan kehidupanku sebelumnya penuh dengan rutinitas yang terjadwal, kuliah-pulang-voli-tidur, aku jadi jarang refleksi diri. Aku hanya bertemu orang-orang itu saja dan tak peduli yang lainnya. Setelah melewati banyak kegiatan, berinteraksi dengan banyak orang, berkenalan dengan banyak orang baru, aku sadar banyak hal juga. Mulai dari emosiku, daya pikirku, daya juangku, motivasiku, konsistensi, dan kekurangan-kekuranganku. Semoga kedepannya makin baik.

Yang ketiga, aku sadar, kuliah nggak melulu tentang nilai. Ini entah karena nilai-nilai ku yang anjlok jadi ini kalimat pembelaan, atau karena aku mendapat banyak pengalaman yang tak melulu soal nilai. Hahaha~

Yang ketiga, eh ketiga lagi. Karena aku masuk sistem EDSA, entah kenapa aku jadi sangat peduli. Terlalu peduli mungkin. Dan itu sungguh sangat menyiksaa. Ketika kita peduli terhadap sesuatu, yang pertama kita sangat tersiksa, dan yang kedua kita menikmati siksaan itu. Dan aku juga menyadari betapa apatisnya aku tahun-tahun sebelumnya, heuheu. Dan walaupun aku udah pensiun, aku tetap akan peduli. :)

Yang keempat, ini tentang love life. Aku sadar, tanpanya aku masih bisa hidup, uhuy. :D

Apapun yang sudah terjadi di tahun 2013 semoga tidak menjadi penghalang untuk menjadi lebih baik di tahun berikutnya. Semoga kita bisa menjadikan pelajaran pengalaman tahun 2013 dengan sebaik-baiknya.

Minggu, 22 Desember 2013

Satya Wibawa (4)

Tiba-tiba dia datang.
Membicarakanmu.

"Tolong jangan hubungi dia lagi."
Gadis cantik berambut panjang.
"Jangan kau balas pesannya. Jangan biarkan dia datang kepadamu."

Aku termenung. Dia siapa? Apa maksudnya?

"Aku pacarnya Satya. Jangan ganggu dia." Seolah dia mendengar pikiranku.

Aku tersenyum kecut.

Minggu, 01 Desember 2013

Satya Wibawa (3)

Hai.
Sekarang tanggal 1 Desember 2013. Bisa kau bayangkan? Apapula yang harus kau bayangkan? Sinting aku.
Ini bulanmu. Selamat.

Tapi kau dimana?

Aku menapaki satu tingkat tegel kemudian turun, naik satu lagi, dan turun dengan gerakan diagonal. Tanpa memperhatikan sekitar. Aku tak acuh. Lagipula siapa yang akan memerhatikan gerakanku.

Aku berputar di ubin ke keenam. Turun, diagonal naik, turun lagi, diagonal naik.

Tiba-tiba perhatianku tertambat pada kaki seseorang yang berada di atasku. Kakiku sedang di ubin bawah. Aku tercekat. Tidak bersepatu, jin klombor yang lusuh, yang sudah berganti warna. Aku tercekat. Aku sangat merindukan gerakan jentik-jentik kaki itu. Dia bergerak menggodaku.

"Kau konsentrasi sekali dengan jempol kakiku?"

Aku masih tidak berani menatap si empunya kaki. Aku terdiam. Kenapa aku tak sanggup bergerak?

"Sebegitu merindunyakah kau dengan jempol ini?" Digoyangkannya lagi jempol kaki itu.
Dengan sigap kuinjak kaki-kaki lusuh itu. Dia terdiam. Tak seperti dulu, selalu mengelak.

"Aku selalu suka wangimu."

Tanpa sadar aku tak berjarak dengannya.
Aku mundur selangkah dengan kaget.
Aku masih terdiam, tak menatapnya. Hanya jempol kakinya.

"Hei bang Satya!" Sapa seseorang dari kejauhan.

"Aku kesana dulu ya." Katanya bergerak menjauh.

Hanya itu saja? Tanyaku.

"Apa? Kau sudah kembali?" Tanyanya berbalik badan. "Bentar oi, nanti aku kesana."

Harusnya aku yang bilang begitu.
Harusnya aku yang bertanya begitu.
Harusnya kau tak begitu.
Kini aku berani menatap wajahnya.

Bukan. Sudah. Ya.

Rangkaian lagu yang mengiringi pertemuan kita. Ingat?
Ahaha. Tak perlu diingat. Aku juga lupa.
Sudah, itu saja.

Bukan dengan saya atau dia.
Bukan aku atau mereka.
Ya lihat saja.

Aku yang dicaci.
Mewakili semua dendam yang tersulut karenamu.
Representasi egoisme generasimu.
Ya, cukup aku saja.

Dilihat saja.
Bukan aku, tapi mereka.
Sudah, biarkan mereka mengerti.
Dendam itu takkan terbagi.

Biar mereka rasakan sendiri

Menyeru pada Hijau




Hijau Indonesiaku
Makmur Negeriku
Tentram Rakyatku
Lestari anak cucuku

Penghijauan boleh dikatakan sebagai langkah pertama dalam usaha penyelamatan bumi.

"Penyelematan bumi? Emang bumi mau diserang alien? ah alay."

Ini tidak alay mas dan mbak sekalian. Bukan alien yang akan menghancurkan bumi ini. Melainkan kita sendiri sebagai penghuni tetapnya. Jika kita tidak segera berhenti bersikap apatis terhadap lingkungan.

Bumi sebagai tempat yang paling cocok untuk makhluk hidup hidup, tinggal, beranak pinak ini telah semakin tua, dan tak berdaya. Semakin sering terjadi bencana alam, yang bisa jadi merupakan pertanda bahwa bumi ini memerlukan perawatan yang lebih. Tanah longsor, banjir, dan pemanasan global merupakan sedikit contoh perubahan alam yang diakibatkan ulah manusia. Tanah longsor yang terjadi karena tidak ada yang menahan tanah tetap pada substratnya, serta banjir sebagai akibat tak ada penyerap air hujan. Lihat perbuatan apa saja yang telah manusia lakukan hingga berakibat seperti itu?

Pernahkah anda merasakan bahwa bumi yang kita tinggali ini semakin panas?
Kata Dewi Lestari, manusia merupakan virus paling mematikan bagi Bumi. Bumi menjadi semakin penyakitan dan panas.
Bagaimana bisa? Salah satu definisi ala manusia adalah Global warming. 
Pernah mendengar efek rumah kaca? (Bukan band)
Baiklah, disini akan saya jelaskan sedikit tentang Efek Rumah Kaca.
Efek Rumah Kaca adalah sebutan untuk keadaan bumi yang menyerupai rumah kaca. Tahu kan rumah kaca itu yang bagaimana? Rumah yang menyerap panas matahari dan membuat panasnya terperangkap di rumah tersebut. 

Kenapa panasnya bisa terperangkap? Ya, karena adanya kaca tadi. Kaca memantulkan sinar matahari ke dalam rumah lagi.
Sekarang, bayangkan bumi ini adalah rumah kaca. Dan apakah kacanya? Ya, gas rumah kaca, apa saja itu? Seperti Karbon dioksida, Metan, Nitrous Oksida, yang merupakan hasil dari kegiatan manusia yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, serta dari pembakaran dan penggundulan hutan. Jadi, sinar matahari yang seharusnya kembali ke angkasa, malah kembali memantul ke Bumi dan menjadikan bumi panas. Apa hubungan manusia dengan gas-gas itu? Manusia membuat pabrik, menggunakan mesin yang menghasilkan gas-gas yang terakumulasi menjadi "kaca" di langit. Bukan hanya itu, lapisan yang dapat melindungi manusia dari radiasi sinar matahari pun semakin menipis.

Nah, bagaimana cara mengatasinya? Banyak cara mengatasinya, dengan melakukan hal terkecil, mematikan lampu jika siang hari, membuang sampah, mencabut charger baterai jika tidak dipakai hingga melakukan hal-hal lainnya. Kita juga bisa menanam pohon. Dengan menanam pohon, karena pada dasarnya, pohon menyerap gas CO2 yang akan digunakan untuk proses berfotosintesis. Selain itu pohon juga menghasilkan oksigen sebagai hasil proses fotosintesisnya. Yang tentunya oksigen tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Ada sebuah tulisan mengatakan (entah tulisan siapa, saya lupa, :D)

"Jika ingin menyelamatkan bumi untuk berdekade kedepan, tanamlah pohon.

Tetapi jika ingin menyelamatkan bumi berabad-abad kedepan, didiklah masyarakat."

Menurut saya, jika kita ingin Bumi ini tetap sehat dan terselamatkan tahun tahun mendatang ya didiklah masyarakat agar mengerti urgensinya hutan untuk eksistensi manusia. Entah itu untuk berdekade kedepan atau berabad-abad kemudian. Jika masyarakat sudah paham dan mengerti urgensi dari keselamatan bumi serta penghuninya, tentunya masyarakat akan lebih berdedikasi terhadap bumi dengan menyelamatkan hutan dalam hal ini berperan aktif dalam pencegahan pembalakan liar, menanam pohon, dan menyerukan penghijauan.

Menanam pohon bukan hanya sekadar menanam, tetapi juga merawatnya, dan menjaganya. Menjaga hutan juga merupakan tanggung jawab kita bersama.
Hutan yang semakin hari semakin sempit didaratan pulau jawa merupakan hidup kita nantinya, hidup anak cucu kita. Banyak sekali bahaya yang menerkam hutan-hutan di Indonesia. Dan sekarang wilayah Kalimantan juga sudah menjadi incaran pembalakan liar yang semakin meliar.  Menyelematkannya merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama.
Sebuah film animasi keluaran 20 Century Fox tahun 2013 berjudul "Epic" menggelitik nurani saya, salah satu tokohnya pada sebuah kesempatan berkata "Be patient, Son. The Forest isn't growing in a day." Kemudian dibalas anaknya "But, we can destroy it at once."
Benar sekali bukan? Hutan tidak tumbuh dalam semalam seperti prambanan pesanan Roro Jonggrang, tetapi untuk menghancurkannya, meratakannya menjadi tanah bisa dilakukan 2x24 jam. Menebang pohon untuk menjadikannya lahan pertanian/bisnis serta pembalakan liar untuk keperluan kantong benar-benar harus segera dihentikan. Pemerintah dan Masyarakat seharusnya bahu membahu menjaga kelestarian hutan.

Jangan biarkan hutan hanya akan menjadi dongeng untuk masa depan. Jangan sampai flora yang sekarang masih ada dan nyata tersentuh hanya menjadi lembaran foto-foto di masa depan.

Mari kita tanam pohon, dan selamatkan hutan dari kerakusan manusia.
Mari kita hijaukan bumi kembali.
Dimulai dari sekitar kita lebih penting lagi.
Kemudian bisa mengajak tetangga, dan warga lingkungan sekitar juga lebih bagus lagi.
Kalau bukan kita siapa lagi, :)

Setelah ngalur ngidul saya ngomong soal Efek Rumah Kaca, Gas Rumah Kaca, dan sak balanya, kembali lagi saya mengajak untuk menanam pohon sebagai bentuk pertanggungjawaban, atau bisa dikatakan sebagai usaha kita sebagai penyelamatan Bumi.