Kamis, 27 Februari 2014

Satya Wibawa (5)

Aku terlalu hafal. Terlalu hafal dengan aroma rambutmu yang terkadang aku kuncir semrawutan. Terlalu hafal dengan jempol kakimu yang kurus-kurus. Aku takut jika aku menjadi terlalu hafal, aku akan sulit meninggalkanmu. Aku terlalu hafal aroma tubuhmu yang berkeringat. Kecut. Dan aku pasti akan segera menyuruhmu mandi. Keramas bila perlu. Dari kejauhan, aku terlalu hafal caramu berjalan diantara teman-temanmu. 
Terlalu hafal yang seharusnya tak kuhafal.
Terlalu hafal milik orang lain, adakah kitab ynag menyatakan haram tentang hal itu?
Terlalu hafal kamu. 

Mengingat percakapan kita yang sederhana tanpa pretensi. Percakapan yang selalu membawa kita pada pertengkaran. Lalu kita dengan awkward, tanpa permintaan maaf, mengobrol tentang kehidupan kampus. Bukan kehidupan kita. Apalagi kehidupan cinta kita. 

Lalu tiba-tiba ada seseorang melabrakku. Kau tahu itu? Boleh aku tahu mengapa?

Lalu ketika aku ingin bertanya apa penyebabnya, pada siapa aku bertanya?

Kau?

Dia?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar