Minggu, 01 Desember 2013

Menyeru pada Hijau




Hijau Indonesiaku
Makmur Negeriku
Tentram Rakyatku
Lestari anak cucuku

Penghijauan boleh dikatakan sebagai langkah pertama dalam usaha penyelamatan bumi.

"Penyelematan bumi? Emang bumi mau diserang alien? ah alay."

Ini tidak alay mas dan mbak sekalian. Bukan alien yang akan menghancurkan bumi ini. Melainkan kita sendiri sebagai penghuni tetapnya. Jika kita tidak segera berhenti bersikap apatis terhadap lingkungan.

Bumi sebagai tempat yang paling cocok untuk makhluk hidup hidup, tinggal, beranak pinak ini telah semakin tua, dan tak berdaya. Semakin sering terjadi bencana alam, yang bisa jadi merupakan pertanda bahwa bumi ini memerlukan perawatan yang lebih. Tanah longsor, banjir, dan pemanasan global merupakan sedikit contoh perubahan alam yang diakibatkan ulah manusia. Tanah longsor yang terjadi karena tidak ada yang menahan tanah tetap pada substratnya, serta banjir sebagai akibat tak ada penyerap air hujan. Lihat perbuatan apa saja yang telah manusia lakukan hingga berakibat seperti itu?

Pernahkah anda merasakan bahwa bumi yang kita tinggali ini semakin panas?
Kata Dewi Lestari, manusia merupakan virus paling mematikan bagi Bumi. Bumi menjadi semakin penyakitan dan panas.
Bagaimana bisa? Salah satu definisi ala manusia adalah Global warming. 
Pernah mendengar efek rumah kaca? (Bukan band)
Baiklah, disini akan saya jelaskan sedikit tentang Efek Rumah Kaca.
Efek Rumah Kaca adalah sebutan untuk keadaan bumi yang menyerupai rumah kaca. Tahu kan rumah kaca itu yang bagaimana? Rumah yang menyerap panas matahari dan membuat panasnya terperangkap di rumah tersebut. 

Kenapa panasnya bisa terperangkap? Ya, karena adanya kaca tadi. Kaca memantulkan sinar matahari ke dalam rumah lagi.
Sekarang, bayangkan bumi ini adalah rumah kaca. Dan apakah kacanya? Ya, gas rumah kaca, apa saja itu? Seperti Karbon dioksida, Metan, Nitrous Oksida, yang merupakan hasil dari kegiatan manusia yang berhubungan dengan pembakaran bahan bakar fosil (minyak, gas, dan batubara) seperti pada pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, serta dari pembakaran dan penggundulan hutan. Jadi, sinar matahari yang seharusnya kembali ke angkasa, malah kembali memantul ke Bumi dan menjadikan bumi panas. Apa hubungan manusia dengan gas-gas itu? Manusia membuat pabrik, menggunakan mesin yang menghasilkan gas-gas yang terakumulasi menjadi "kaca" di langit. Bukan hanya itu, lapisan yang dapat melindungi manusia dari radiasi sinar matahari pun semakin menipis.

Nah, bagaimana cara mengatasinya? Banyak cara mengatasinya, dengan melakukan hal terkecil, mematikan lampu jika siang hari, membuang sampah, mencabut charger baterai jika tidak dipakai hingga melakukan hal-hal lainnya. Kita juga bisa menanam pohon. Dengan menanam pohon, karena pada dasarnya, pohon menyerap gas CO2 yang akan digunakan untuk proses berfotosintesis. Selain itu pohon juga menghasilkan oksigen sebagai hasil proses fotosintesisnya. Yang tentunya oksigen tersebut bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Ada sebuah tulisan mengatakan (entah tulisan siapa, saya lupa, :D)

"Jika ingin menyelamatkan bumi untuk berdekade kedepan, tanamlah pohon.

Tetapi jika ingin menyelamatkan bumi berabad-abad kedepan, didiklah masyarakat."

Menurut saya, jika kita ingin Bumi ini tetap sehat dan terselamatkan tahun tahun mendatang ya didiklah masyarakat agar mengerti urgensinya hutan untuk eksistensi manusia. Entah itu untuk berdekade kedepan atau berabad-abad kemudian. Jika masyarakat sudah paham dan mengerti urgensi dari keselamatan bumi serta penghuninya, tentunya masyarakat akan lebih berdedikasi terhadap bumi dengan menyelamatkan hutan dalam hal ini berperan aktif dalam pencegahan pembalakan liar, menanam pohon, dan menyerukan penghijauan.

Menanam pohon bukan hanya sekadar menanam, tetapi juga merawatnya, dan menjaganya. Menjaga hutan juga merupakan tanggung jawab kita bersama.
Hutan yang semakin hari semakin sempit didaratan pulau jawa merupakan hidup kita nantinya, hidup anak cucu kita. Banyak sekali bahaya yang menerkam hutan-hutan di Indonesia. Dan sekarang wilayah Kalimantan juga sudah menjadi incaran pembalakan liar yang semakin meliar.  Menyelematkannya merupakan tugas dan tanggung jawab kita bersama.
Sebuah film animasi keluaran 20 Century Fox tahun 2013 berjudul "Epic" menggelitik nurani saya, salah satu tokohnya pada sebuah kesempatan berkata "Be patient, Son. The Forest isn't growing in a day." Kemudian dibalas anaknya "But, we can destroy it at once."
Benar sekali bukan? Hutan tidak tumbuh dalam semalam seperti prambanan pesanan Roro Jonggrang, tetapi untuk menghancurkannya, meratakannya menjadi tanah bisa dilakukan 2x24 jam. Menebang pohon untuk menjadikannya lahan pertanian/bisnis serta pembalakan liar untuk keperluan kantong benar-benar harus segera dihentikan. Pemerintah dan Masyarakat seharusnya bahu membahu menjaga kelestarian hutan.

Jangan biarkan hutan hanya akan menjadi dongeng untuk masa depan. Jangan sampai flora yang sekarang masih ada dan nyata tersentuh hanya menjadi lembaran foto-foto di masa depan.

Mari kita tanam pohon, dan selamatkan hutan dari kerakusan manusia.
Mari kita hijaukan bumi kembali.
Dimulai dari sekitar kita lebih penting lagi.
Kemudian bisa mengajak tetangga, dan warga lingkungan sekitar juga lebih bagus lagi.
Kalau bukan kita siapa lagi, :)

Setelah ngalur ngidul saya ngomong soal Efek Rumah Kaca, Gas Rumah Kaca, dan sak balanya, kembali lagi saya mengajak untuk menanam pohon sebagai bentuk pertanggungjawaban, atau bisa dikatakan sebagai usaha kita sebagai penyelamatan Bumi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar