Selasa, 27 Agustus 2013

Besok Ayo Kita Menikah

Aku ingat kau yang mengatakan "Ayo kita pacaran saja."
Dan aku bertanya "Kenapa aku?"
Dan kau menjawab "Karena cuma kamu yang ngerti aku, kamu tau aku, bagaimana aku, dan perilakuku."
Aku berkilah "Bukankah kamu sendiri yang bilang bahwa tak ada yang lebih mengenal kamu selain ibumu."
"Ya, kau nomor dua setelah ibuku tentunya." Jawabmu
"Aku sudah jadi nomor dua setelah ibumu, kenapa tak kau jadikan aku istrimu saja."
Glek.
Itu aku yang menelan ludah. Bukan dia.
Bagaimana mungkin, aku berani mengatakan hal seperti itu.
Aku tak pernah merencanakan mengatakan hal seperti itu.
Sungguh. Itu hanya...
Itu hanya...
Ah entahlah. Aku sendiri juga tak mengerti, mengapa dengan entengnya aku mengatakan itu.
***
Bayangkan saja, betapa tak loncat jantungmu saat ada seorang gadis memintamu menjadikannya istrimu.
Aku hanya tertegun.
Apa dia serius?
Atau hanya bercanda seperti biasanya.
Aku membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan jawabannya.
Dan lebih lama lagi memikirkan jawabannya.
Apa aku harus menolaknya secara halus. Tapi bukankah aku yang mulai menawarkan sebuah hubungan dengannya.
Tap pernikahan?
Apa aku siap menikah?
Atau aku harus menghindar dulu dari percakapan ini. Kemudian membalasnya keesokan harinya. Dan menganggapnya bukan apa-apa.
AH pengecutnya aku.
Tapi bagaimana?
***
"Kupastikan dia sedang berpikir sekarang." Ucap Alya teguh.
"Aku bodoh ya bilang begitu? Masa iya, dia ngajak pacaran, akunya malah gitu." Kata Ronan menyesal.
"Ah, jawabanmu itu sudah yang paling tepat. Percayalah. Kalau dia serius, pasti dia menjawabnya juga dengan keseriusan." Jawab Alya sok bijak.
"Tapi kami itu sudah lama berteman." Kilah Ronan.
"Terus kenapa? Kan tambah bagus. Sudah tahu baik buruknya. Percaya deh Nan, Rio akan mengambil keputusan yang tepat." Alya tak berani memastikan bahwa Rio akan memberi jawaban yang diharapkan Ronan.
"Tapi kenapa dia lama? Sudah dua jam nih." Ronan gelisah.
"Kamu pikir itu tidak butuh berpikir." Alya balik lagi.
Ronan terdiam.
Antara menyesal, dan lega.
Dia melamar Rio. Melamar? Ah apa iya?
Tapi Ronan memang bukan tipe yang bisa diajak pacaran. 
Dan setahu Ronan, Rio pun tak pernah pacaran.
Lalu mengapa tiba-tiba Rio mengajak Ronan pacaran?
Apa dia hanya bercanda, dan Ronan yang terlalu menganggapnya serius?
Ah Ronan benar kalut.
*** 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar